Voyage Chapter Three: Wediombo Beach, Siung Beach, and Sundak Beach, They are Beaches!


“Mumpung kamu libur, Mas. Ayo mau kemana?” begitulah yang diucapkan Ibuku beberapa minggu lalu, tepat pada hari pertamaku liburan kuliah akhir semester tiga. Tak kuduga, baru saja seminggu sebelumnya kami pulang dari Lawang Sewu di Semarang, Ibu sudah mengajak kami main lagi. Memang terhitung jarang kami bisa bepergian sekeluarga akhir-akhir ini karena jadwal yang tidak memungkinkan. Akhirnya disepakati ide adikku yang mengusulkan agar kami pergi ke pantai-pantai yang terdapat di Gunung Kidul. Rencananya kami hanya akan mengunjungi pantai yang pernah kami kunjungi dahulu, namun Ayah mengusulkan agar kami pergi ke pantai yang belum pernah kami kunjungi, demi pengalaman baru.

Sudah diputuskan tujuan kami adalah Pantai Wediombo, Pantai Siung, dan Pantai Sundak yang lokasinya tidak berjauhan satu sama lain. Hari itu, tepatnya Minggu, 19 Januari 2014 terhitung panas dan jalanan lumayan padat, beda jauh dengan seminggu sebelumnya. Ditambah lagi, tujuan kami kali ini ke pantai. Ya, KE PANTAI! Sudah kurelakan secara lahir dan batin kulitku menghitam lagi. Biarlah. Tak kugubris itu.
    
Perjalanan yang kami tempuh dari Jogja menuju Pantai Wediombo memakan waktu dua setengah jam menggunakan Toyota Starlet kesayangan Ibuku. Kami sampai di lokasi sekitar pukul 11.00 WIB dan segera menuruni anak tangga menuju pantai berpasir putih dengan air laut tenang yang sesekali ditemani ombak bergulung.










Setelah puas menikmati pisang goreng dan mendoan di atas tikar di tepi pantai di pasir putih di bawah pohon (panjang amat?), kami segera kembali ke area parkir dan menuju lokasi berikutnya yaitu Pantai Siung yang terletak tak jauh dari Pantai Wediombo. Pantai Siung terlihat lebih sempit memang, namun karang-karang yang terdapat di bagian kanan pantai menambah kesan alami dan lebih “menjual” daripada Pantai Wediombo yang hanya memiliki beberapa karang kecil. Pemandangannya juga jauh lebih indah, airnya terlihat lebih jernih karena pasir-pasir pantai tersebut berasal dari butiran-butiran kerang serta bebatuan kecil.
    
Tujuan terakhir kami adalah Pantai Sundak. Adikku dan aku memutuskan untuk bermain air alias nyemplung karena pantai itu adalah pantai terakhir yang kami kunjungi. Awalnya aku santai-santai saja bermain air sambil sesekali melihat biota laut di bawah kaki kami. Namun tiba-tiba merinding karena mataku menangkap sebuah pemandangan ganjil di bawah air laut yang terhitung masih dangkal itu, BULU BABI. Ya, bulu babi berwarna hitam yang tak terhitung jumlahnya terhampar di sela-sela karang bebatuan di bawah kakiku, sontak aku mengajak Mawas naik ke gardu dimana Ayah dan Ibu menunggui kami dan mengambil sandal kami. Adikku berkata bahwa ia sempat menyentuh bola-bola hitam berduri tadi dan memang itu adalah bulu babi. Horor, serius. Akhirnya, kami kembali nyemplung ke air laut, kali ini dengan mengenakan sandal kami dan menuju karang-karang yang lebih besar. Lagi-lagi mataku menangkap sesuatu yang ganjil di dasar pijakan kami, seperti cacing tapi lebih besar dengan tubuh bermotif garis-garis hitam putih berenang menuju tepi karang besar, ULAR LAUT. “Wah, ini nggak beres.” pikirku waktu itu, dan langsung saja kuajak adikku ke pinggir pantai. Akhirnya kami hanya bermain-main di sana sambil sesekali mengambil foto.









Pukul 15.00 WIB, setelah mandi dan makan siang, kami akhirnya pulang. Walau lelah, bermain dengan alam adalah salah satu kesenanganku yang tersembunyi. Jika alam semesta adalah tempat bermain, maka di sinilah tempat kami berpijak menemaninya. Sekian. Terima Kasih. Jaga kesehatan! Bon Voyage!



Yogyakarta, 20 Februari 2014

Post a Comment

0 Comments