My PPG Story: Semester Pertama - Gerbang Itu Bernama Pendidikan Profesi Guru

Menjadi guru, entah itu hanya profesi yang sempat saya tuliskan di kolom cita-cita pada biodata pribadi saat masih duduk di Sekolah Dasar dahulu, atau memang alam bawah sadar bisa membaca masa depan? Entah, yang jelas saya bersyukur dengan kesempatan yang sudah diberikan sejauh ini. Diterima menjadi mahasiswa profesi guru dengan privilege tidak perlu membayar biaya perkuliahan sampai lulus bukanlah satu kebetulan yang disemogakan. Saya sungguh teramat bersyukur akan ini. Dreams-come-true feeling, somehow?

“Aku tak bisa mengajari siapapun tentang sesuatu, hanya bisa membuat mereka berpikir.” - Socrates

Saya sudah lama berjanji akan membagi pengalaman saya selama mengikuti kuliah profesi, yah karena tak banyak waktu luang yang saya miliki akhirnya baru kali ini saya bisa bercerita panjang.  Ini saja saya menulis di sekolah tempat saya PPL, SMA Negeri 1 Yogyakarta sambil curi-curi waktu, hehe. Lanjut nih, seperti yang sudah saya ungkapkan sebelumnya, PPG atau Pendidikan Profesi Guru ini kabarnya menjadi sebuah keharusan bagi mereka yang hendak mengabdikan diri sebagai pahlawan tanpa tanda jasa di negeri ini. Waktu yang perlu ditempuh adalah sekitar satu tahun atau dua semester yang terbagi menjadi: (1) semester pertama untuk lokakarya perkuliahan; dan (2) semester kedua untuk Praktik Pengalaman Lapangan di sekolah mitra. Want to know how it feels like? Blissful.

Lokakarya
Semester pertama kuliah profesi ini dibuka dengan orientasi oleh pihak universitas selama 2 hari. Orientasi diisi oleh materi-materi seputar pendidikan profesi, tantangan guru di Indonesia, keadaan pendidikan di negeri ini, serta kebutuhan dan kewajiban yang harus ditempuh seorang Sarjana Pendidikan agar dianggap “profesional” dalam menjadi guru. Yah, salah satunya adalah mengikuti kuliah profesi ini. Saya sendiri baru tersadar setelah mengikuti orientasi ini (baru orientasi padahal) bahwa guru bukanlah sekedar pekerjaan yang katanya tanpa tanda jasa, namun lebih dari itu.


Menjadi seorang guru profesional, menurut Prof. Dr. Margana, M.Hum., MA. adalah suatu keharusan yang akan menjadi kunci keberhasilan pendidikan di negeri zamrud khatulistiwa ini. Seorang guru di masa sekarang tidak boleh hanya bergelar S.Pd. saja, ia harus mengikuti pendidikan profesi karena dimulai saat ini, guru sejajar dengan dokter, apoteker, insinyur, serta gelar dari profesi lain yang disebut profesional setelah menempuh sekolah profesi. 

Bersama dekan FBS, sesaat setelah orientasi fakultas

Dibaca noh slide nya Pak Rektor 😝

Mengapa harus sekolah profesi guru? Hanya demi gelar? Tidak sebercanda itu kok, profesi guru sama pentingnya dengan profesi dokter, insinyur, perawat, apoteker dan lain sebagainya. Guru kini adalah sebuah pekerjaan profesional yang tak sembarang orang bisa mengeksekusinya dengan baik. Dengan apa ke-profesional-an itu dibuktikan? Tepat, ikut PPG.

Di jurusan Bahasa Inggris PPG UNY kali ini, saya sekelas dengan 18 mahasiswa lain yang berasal dari beberapa kampus yang berbeda. Yah, sebenarnya cuma tujuh orang sih yang berbeda kampusnya dengan saya, hahaha. 12 mahasiswa PPG Bahasa Inggris PPG Prajabatan 2017 merupakan lulusan S1 Pend. Bahasa Inggris UNY (angkatan 2009-2012). Nah, dari 12 orang ini saya yang lulusnya paling terakhir, ini yang awalnya membuat saya ciut untuk melanjutkan pendidikan profesi ini, namun semua keciutan tersebut akhirnya lenyap karena mereka ternyata sangat supportive, sangat mau membantu, dan lebih dari sekedar menyenangkan. I decided to stay and fight.

Lokakarya di semester pertama kami berjalan luar biasa. Lokakarya atau workshop yang saya maksudkan di sini adalah tatap muka di kelas, dengan diampu satu hingga dua orang dosen pada tiap harinya dan melaksanakan kegiatan pembuatan RPP, silabus, perangkat pembelajaran, media, presentasi dan lain-lain selama kurang lebih 4 bulan di semester pertama. Setiap hari kami diharuskan sudah hadir di ruang kelas pukul 07.30 dan baru boleh pulang setelah pukul 17.00. Sekitar kurang lebih 9 jam kami menghadap laptop dan bekerja. Life, ugh.



Rajin bawa bekal biar kantong tidak tercekik

 


Apakah menyenangkan? Jangan harap, lokakarya sangat berbeda dengan masa perkuliahan S1 dahulu. Di kegiatan yang menurut saya lumayan menguras tenaga ini, banyak hal yang telah dikorbankan. Contohnya dari beberapa teman seangkatan saya di PPG Prajabatan Bersubsidi 2017. Ada yang rela melepas tidur siangnya. Ada yang rela melepas pekerjaannya mengajar tiap pagi di sekolah. Ada yang rela cuti lama dari kuliah S2-nya. Bahkan ada pula yang mengorbankan banyak biaya untuk membeli laptop baru agar bisa mengikuti perkuliahan dengan baik. Seberat itu? Iya. Apapun itu, kami tetap bersyukur. Ilmu yang kami dapatkan di sini Inshaa Allah jauh lebih berharga dibandingkan pengorbanan yang dikeluarkan. Dibayarin pemerintah pula kuliahnya.

“Kayakan dirimu akan ilmu, dan ilmu itu akan menjagamu.”
“Menjaga dari apa emang?”
“Yah, apapun. Orang yang ngeyel kayak kamu misal.”

Di jurusan yang saya ambil terdapat kurang lebih 6 siklus yang harus ditempuh di semester pertamanya. Setiap siklus terdiri dari sekitar 12-14 hari tatap muka dan supervisi dari dosen di kelas, lalu diakhiri dengan pelaksanaan Peer Teaching pada setiap akhir siklus. Sebelum siklus pertama dimulai, ada semacam kuliah dari dosen tentang kurikulum, pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia, cara membuat perangkat, RPP, dan lain sebagainya. Siklus pertama kami, masih saya ingat sampai sekarang, secara resmi dimulai tanggal 20 Februari 2018 dengan membuat beberapa perangkat pembelajaran untuk kelas VII SMP. Siklus terakhir berakhir sekitar bulan Juli awal yaitu membuat perangkat pembelajaran untuk kelas XII SMA/SMK, yang kemudian dilanjutkan dengan semester 2, yaitu pelaksanaan PPL di sekolah mitra. 

“Enam siklus capek nggak, Ras?”
“Menurutmu? 😩

Peer Teaching/Micro Teaching
Seperti yang sudah saya utarakan sebelumnya, di setiap akhir siklus selalu dilaksanakan Peer Teaching. Sarjana Pendidikan ataupun mahasiswa kependidikan pasti sudah tak asing lagi dengan hal ini. Hampir mirip dengan peer teaching yang saya laksanakan sewaktu kuliah S1 dahulu, Peer Teaching di kuliah profesi ini juga masih menggunakan cara yang sama, mengajar kurang lebih 10 siswa yang notabene adalah rekan sejawat, dan diampu oleh dosen pembimbing. Bedanya, di setiap peer teaching, kami mengundang salah satu guru dari sekolah mitra (sekolah yang ditunjuk kampus untuk pelaksanaan PPL) untuk menjadi evaluator sekaligus supervisor kami. Menyenangkan sebenarnya, but the pressure is always big, no, it’s huge. Hahaha.

“Peer Teaching menyenangkan terus ya, Ras?”
“Coba tanya ke temenku yang kemarin sempet menitikkan air mata setelah Peer Teaching.”
“....”




Peer Teaching dilaksanakan sehari setelah kami melakukan presentasi RPP, perangkat pembelajaran, dan media di kelas. Jadi, dosen akan menilai sejauh mana kesiapan kami sebelum eksekusi dan mengenakan pakaian putih hitam kehormatan itu. Bila ada revisi, kami harus segera menyelesaikannya dan menyempurnakan perangkat pembelajaran kami. Peer teaching di kampus FBS UNY dilaksanakan di Laboratorium Micro Teaching (yang dulu saat saya kuliah S1 belum ada ) yang bertempat di gedung C13 Kampus FBS. Ruang laboratorium yang tergolong baru ini lumayan mumpuni untuk latihan mengajar, fasilitas mulai dari LCD Projector, papan tulis, kursi meja siswa, maupun video recorder dan speaker juga sudah tersedia dan dalam kondisi baik.

Bela Negara
Selain wajib mengikuti kegiatan lokakarya dan Peer Teaching di semester pertama, mahasiswa PPG juga diwajibkan mengikuti kegiatan Bela Negara. Ada yang tahu apa itu bela negara? Jadi, menurut pemahaman saya (yang kemarin merasa agak tersiksa menjalaninya, haha) bela negara adalah kegiatan semacam wajib militer untuk mahasiswa PPG (?) atas perintah dari Kemristekdikti dan dilaksanakan selama dua hari satu malam dengan tujuan membangun rasa cinta tanah air dan jiwa nasionalisme, terutama bagi calon guru yang akan mengabdi untuk negara bersejarah besar ini. Lokasinya di Komplek Militer Akademi Angkatan Udara Yogyakarta dan dilaksanakan sekitar awal bulan Mei 2018 lalu. 


Bela negara rasanya seperti apa? Nggak lagi-lagi deh. Sumpah. Sebelumnya nih, mana pernah saya membayangkan akan digembleng secara semi-militer oleh para pelatih yang seluruhnya merupakan anggota TNI AU. Lha wong disuruh ikut Pramuka jaman sekolah saja saya ogah-ogahan, ini kok disuruh latihan semi-militer. Mau tahu lebih lanjut tentang Bela Negara ala PPG? Bisa kok baca di sini.

Epilogue
Yah, nggak melulu soal perkuliahan, bela negara, dan peer teaching saja sih yang saya sempat nikmati di semester pertama PPG saya. Di atas semua hal tersebut, sebenarnya yang paling saya syukuri dari pendidikan profesi adalah mengenal 18 sosok calon guru yang tak hanya berwawasan luas tapi juga memiliki hati yang tulus. Yang tanpa pandang bulu mau begitu saja berbagi ide, gagasan cerdas, dan pengalaman berharga mereka. Saya bangga dan bahagia bisa mengenal teman-teman sekelas saya lebih dalam. Ah iya, banyak di antara mereka yang merupakan senior saya (dan lebih tua, hehehehehe). Walau begitu, sepertinya umur bukanlah lagi batasan bagi kami untuk bisa berbagi rasa dan membangun asa dari peraduannya.









Sedih, bahagia, khawatir, cemas, marah, takut, malas, menggebu, dan hampir semua rasa yang bisa dicecap indera sudah kami nikmati di perjalanan kami dalam pendidikan profesi ini. Walau jumpa kita bermula dari grup WA, muara kita kadang adalah akhir tanpa tanda. Bersemangatlah! Saras bangga mengenal kalian, Team English PPG UNY 2017, see you on top! 
NB: Jangan lupa foto studio. Aku dah kurusan dikit nih. 



Yogyakarta, Oktober 2018
Bersambung...

Post a Comment

5 Comments

  1. Hai kak saras. Aku tertarik sekali dgn cerita pengalaman PPG anda di UNY. Saya berencana akan mengikuti PPG UNY di tahun ini, tapi ada beberapa hal yg belum sy pahami dengan jelas mengenai program PPG ini. Yang pertama adalah saya yang berasal dari jurusan sastra inggris, apakah boleh saya mengikuti PPG dengan mengambil prodi bahasa inggris di UNY? Lalu, apakah bisa mendaftarkan secara mandiri di kampus UNY tanpa mengikuti seleksi dari kemendikbud?
    Sekian yang ingin saya cari tahu. Apabila kakak memiliki waktu senggang, mohon keluwesannya untuk berbagi info mengenai ini. Terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal Mas Salahudin. Untuk pertanyaan yang pertama kemungkinan besar bisa, Mas. Soalnya angkatan saya dulu juga ada yang dari Matematika murni. Kemudian pertanyaan yang kedua, untuk saat ini pemerintah lebih mengutamakan PPG yang dalam jabatan, Mas. Setahu saya belum ada PPG Mandiri. Guru-guru yang dipanggil dari dinas diseleksi, kemudian kalo lulus bisa ikut PPG. Soalnya yang belum lulus ujian PPG juga masih banyak sekali.

      Semoga bisa menjawab pertanyaannya. 😁

      Delete
    2. Lantas yang prajabatan tahun ini tdk diberi jatah yah kak? Huhu sedih jg
      Tapi terima kasih infonya kak saras. Seperti tahun ini sy tdk akan bisa mengambil formasi guru untuk cpns. Karena persyaratannya harus melengkapi sertifikat PPG bagi jurusan yg tdk selinear.

      Delete
  2. selamat malam kak/pak (?) hehe. menarik sekali nih pengalamannya, untuk saya (kami) yang sedang proses krs-an untuk ppg 2021 .
    terima kasih banyak, sukses selalu kak, aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah membaca kak, semoga lancar ya pendidikannya 😁

      Delete