Voyage Chapter Eleven: Second Chance Exploring Semarang!


Setelah sebelumnya kami sekeluarga melancong ke kota Semarang yang penuh misteri di awal tahun 2014 lalu, kami berkesempatan mengunjungi kota itu lagi di awal tahun 2015. Tahun lalu, aku dan keluargaku melancong ke Semarang, mengunjungi Lawang Sewu yang mistis, serta Monumen Palagan Ambarawa yang cukup menawan, selengkapnya baca di sini. Pada kunjungan kami ke Semarang kali ini, beberapa tempat kami datangi sekaligus, maklum, tahun 2014 lalu hanya dua kawasan wisata yang berhasil kami singgahi. Berikut cerita selengkapnya perjalanan dua hari satu malam kami di Semarang. Check it out!

Kami kabur (?) dari rumah pada hari Sabtu tanggal 3 Januari 2015 sekitar pukul 07.00 WIB dan perjalanan berlalu cukup membosankan, hanya ada beberapa kendaraan yang lalu lalang pagi itu, maklum akhir pekan. Udara dingin masih terasa menusuk kulit. Oh iya, kami mampir di pinggir jalan di sekitar Jl. Semarang - Yogya untuk membeli serabi hangat dan super manis, sarapan juga akhirnya. Enaaaaak. Lalu, sekitar pukul 10.00 WIB kami sampai di batas kota Semarang, yaitu Ungaran. Destinasi awal adalah Kota Lama yang terletak di tengah Kota Semarang. Hujan gerimis menemani pagi kami. Sesampainya di kawasan Kota Lama, kami keluar dari mobil dan berjalan-jalan sambil mengabadikan pemandangan kota yang sudah tua itu melalui tiap jepretan foto. Kawasan Kota Lama sendiri adalah sebuah kawasan di pusat kota yang terlihat kuno, vintage (?) dan klasik karena banyaknya bangunan-bangunan bergaya Belanda yang bisa ditemui di setiap sudut. Super-menawan dan ultra-romantis.



sebuah bus unik untuk tur keliling Kota Lama


salah satu sudut Kota Lama

Setelah puas berfoto-foto, kami makan siang (masih pagi sih sebenarnya) di rumah makan Padang di tak jauh dari taman di sekitar kawasan Kota Lama. Perjalanan berlanjut menuju kuil Sam Poo Kong yang terletak di kawasan Simongan, Semarang. Kuil ini konon dibangun oleh Laksamana Cheng Ho, seorang prajurit muslim Tiongkok. Areanya sendiri cukup luas untuk sekedar berfoto atau beristirahat. Banyak pohon rindangnya juga nih. Cukup dengan membayar Rp. 3000,00 saja kita bisa masuk ke kawasan wisata sekaligus kawasan ibadah yang super mengagumkan dan menjadi kesayangan saya karena warnanya MERAH itu. Woohoo! Bangunannya sendiri tak hanya satu atau dua buah, namun banyak. Ukurannya pun besar dan terlihat sangat megah, sangat bersejarah, sangat Cina, sangat merah! Meraaaah!









Siang begitu terik, inginku sih kami istirahat sebentar di bawah pepohonan rindang nan syahdu itu, namun apa daya Ibunda mengajak bergegas menuju ke destinasi selanjutnya. Destinasi yang sangat tidak cocok dikunjungi saat panas terik. Bisa menebak? Nggak? Oke, clue-nya adalah "Byuuuur! Splash! Koaak, koaak!", sudah tahu? Benar, PANTAI. Bayangkan, di panas teriknya Semarang yang mungkin lebih panas dari Jogja di kala panas, kami harus bertamasya ke PANTAI. PAN-TAI! Seketika itu juga keringat makin bercucuran. Tak apalah, kapan lagi bisa main ke pantai utara. Kurang lebih 30 menit, kami sampai di Pantai Marina (bukan Ancol lho). Pantai Marina adalah pantai yang terletak di sekitar perumahan elit mahal luar biasa di utara pulau Jawa. Pantai ini airnya keruh dan hitam, sangat berbeda dengan pantai-pantai yang bisa kita temui di Gunungkidul di Jogja sana. Pasir pantai pun tak ada, adanya bebatuan besar terjal dan kekar. Panas.



kawanan rusa di sekitar pantai Marina

majestic as hell

Sepulang dari pantai, kami mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah yang berada di Jl. Jl. Gajah Raya No. 128, Sambirejo, Gayamsari, Semarang untuk sholat dan berteduh dari hujan. Masjid ini luuuuuaaarrr biaasssssaa besaaaaar dan megah menawan. Subhanallah. Setelah sholat, kami melanjutkan perjalanan mencari hotel di sekitar kawasan Simpang Lima. Ya, kami akan menghabiskan malam di Semarang, untuk pertama kalinya. Setelah check-in dan mandi sore, saatnya 'ngelayap' ke kawasan Simpang Lima. Simpang Lima yang bagaikan alun-alun kota ini ternyata lebih hidup di malam hari, banyak orang berjalan-jalan, banyak penjual makanan menjajakan dagangannya, banyak sepeda dengan lampu kelap-kelip disewakan. Satu yang cukup menarik perhatianku, SEPATU RODAAA. Ya, ada sebuah area kecil seperti lapangan yang terdapat segala macam mainan ber-roda seperti sepeda, scooter, mobil mini, dan sepatu roda itu sendiri. Aku dan adikku mencoba menyewa sepatu roda (Rp. 15.000,00/ jam) dan kemudian belajar menggunakannya. SUSAH! SERIUSAN SUSAH! Tapi lumayan bisa kok setelah berulangkali terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, aku tenggelam dalam lautan... Eh. Oke, cut!







menu di salah satu kedai di Simpang Lima

Setelah makan malam di pedagang kaki lima 'modern' di Simpang Lima, kami kembali ke hotel. Malam berlangsung senyap, aku dan adikku tidur di satu ranjang besar di salah satu kamar malam itu, kasur empuk, kipas angin, ada TV pula (bisa nonton acara musik tengah malem, haha). Day one, ENDS.

Hari kedua dibuka dengan alarm handphone-ku yang berdering cukup keras pada pukul 04.30 WIB, seketika aku terbangun, dan tidur lagi, bangun lagi, lalu sholat Shubuh dan tidur lagi. Mawas sudah bersiap jalan-jalan pagi mengitari sekitar hotel dan beberapa menit kemudian ia kembali, kuajak menuju Simpang Lima untuk sekedar berjogging, akhirnya kami berjalan gontai menuju kawasan itu lagi, bedanya ini di pagi hari.

Simpang Lima di hari Minggu pagi ternyata KECEEE! It's CAR FREE DAY! Banyak orang lalu lalang berjalan atau bersepeda, ada pula yang bersepatu roda, ini SUPER-KEREN! Banyak pula pedagang yang berjualan di sana, seperti Sunday Morning-nya UGM lah, bedanya ini lebih tertata rapi dan tidak ada motor, semua jalan kaki atau bersepeda. Salut!






ikut jogging bareng warga Semarang, haha

Pagi itu aku dan adikku bermain sepatu roda lagi setelah sarapan bubur ayam bersama Tuan Besar dan Nyonya Besar di sebelah utara Simpang Lima. Selesai bermain sepatu roda, kami kembali ke hotel, mengemasi barang-barang kami, berfoto dengan dinding tanaman di samping hotel dan melanjutkan perjalanan. Kami mampir lagi di Masjid Agung Jawa Tengah untuk sholat Dhuha dan berfoto sepuasnya, kami juga menaiki menara setinggi 90 meter dan berulangkali takjub menyaksikan pemandangan di bawah sana. KEREEEN!







pemandangan MAJT dari Menara Masjid ketinggian 90 meter

Subhanallaaaaah

Destinasi kami tinggal tersisa satu, yaitu Pagoda Avalokitesvara di Vihara Buddhaghaya di Watugong, Semarang. Vihara ini sendiri terhitung sepi untuk sebuah kawasan wisata, tapi tergolong ramai untuk tempat ibadah. Bau dupa yang wangi terdapat di sudut manapun, unik sekali. Selesai mengunjungi pagoda dan berfoto, kami melanjutkan perjalanan pulang ke Jogja. Di pinggir jalan di kawasan Jl. Semarang - Yogya kami mampir membeli durian, langsung makan di tempat juga, nikmatnya Subhanallah. 





Semarang memang tak pernah gagal menawarkan nuansa liburan dan keharmonisan, banyak orang di sana yang ramah tamah dan saling menghargai, semoga perjalanan kami ke Semarang kali itu bukan yang terakhir, masih banyak yang bisa dijelajahi di kota itu. Terima kasih sudah membaca. Semoga sehat selalu! Bon Voyage!



Yogyakarta, 30 Januari 2015

Post a Comment

0 Comments