My College Life: Cerita KKN UNY 2015 - Kelompok 2198 Part. 2 - Great Stories


Chapter One - Beginnings
Berawal dari saling mengenal dalam rapat-rapat membahas program kerja dan matriks KKN selama masih di bawah (di daerah kampus maksudnya), kami bersebelas mulai dekat satu dengan yang lainnya, tapi masih sebatas teman kelompok, yang belum tahu luar dan dalamnya (lho?).

Kelompok 2198 adalah bagian dari Kelompok Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul - KKN UNY 2015 yang keseluruhannya berjumlah 4 kelompok dengan total 44 orang, 11 orang di setiap kelompok kecilnya. Di kelompok 2198 alias kelompok dusun Karanggumuk 1, kami rapat membahas apa saja program kelompok fisik dan nonfisik serta program individual (sesuai jurusan masing-masing) yang akan kami laksanakan di atas sana (Gunungkidul). Sempat bingung juga memilih program yang kira-kira sesuai dengan keadaan masyarakat di atas sana, apalagi kami belum begitu mengenal orang-orangnya, entah akan disetujui atau tidak oleh perangkat desanya. Setelah berjuang berhari-hari merumuskan program yang akan kami tawarkan pada Pak Dukuh, akhirnya matriks program kerja KKN Kelompok 2198 jadi juga.

Berikut rencana beberapa program kerja yang sudah saya visualkan seadanya dalam bentuk poster.


Nah, setelah urusan program kerja dan matriks kelompok kecil selesai, kami masih harus memutar otak saat berhadapan dengan kelompok besar alias Kelompok Desa Karangrejek, Kec. Wonosari, Kab. Gunungkidul - KKN UNY 2015. Pasalnya, kami semua telah bersepakat untuk mengadakan program besar yang akan dilaksanakan pada akhir masa KKN yakni penutupan Kuliah Kerja Nyata dalam bentuk acara senam massal, jalan sehat, dan pentas seni yang akan diikuti oleh semua warga di Desa Karangrejek, Wonosari, Gunungkidul. Saya kebagian jabatan Koordinator Sie PDD alias Publikasi, Dekorasi dan Dokumentasi. Rasanya? Ealaaaah, kok aku e broooo..


Chapter Two – The Locations
Kelompok yang mendapatkan lokasi Desa Karangrejek yang terpampang di web UNY berjumlah 4 kelompok. Masing-masing perwakilan kelompok awalnya berangkat menemui bapak Kepala Desa di balai desa Karangrejek untuk pembagian dusun. Kelompok 2197 mendapatkan lokasi Padukuhan Karangsari, Kelompok 2198 mendapatkan lokasi Padukuhan Karanggumuk 1, Kelompok 2199 mendapatkan lokasi Padukuhan Karanggumuk 2, dan Kelompok 2200 mendapatkan lokasi Padukuhan Karangduwet 1.

Padukuhan atau Dusun Karanggumuk 1 sendiri bisa dibilang sub-urban, maksudnya bukan dusun yang istilahnya terpencil banget, selain dekat dengan pusat kota, airnya masih melimpah dan sinyal internet juga masih bisa ditemui (walau lemah, duh sedih). Mayoritas masyarakat sekitar bermata pencaharian petani atau pengolah ladang, walau tak sedikit juga yang bekerja di Kota Wonosari sebagai karyawan negeri atau swasta. Orang-orang di dusun ini ramah, perhatian dan sangat mengayomi kami, dibuktikan dengan seringnya mereka mengikuti kegiatan-kegiatan kami serta sangat mendukung dan membantu banyak hal yang kami lakukan. Anak-anak di dusun ini juga sangat menyenangkan walau awalnya masih malu-malu saat mau berkenalan dengan kami. Banyak anak yang penurut, tapi nggak sedikit juga yang bandel dan sangat amat susah diatur, tapi semuanya menyenangkan kok. Serius iki.. Serius..

Gerbang masuk Padukuhan Karanggumuk 1
Kabut menyelimuti dusun di pagi hari (diambil sekitar pukul 06:00 WIB)
Sawah luas menghampar (in frame: Saya dan Winda)
Ladang jagung banyak dijumpai di sini (in frame: Ayu)
Ladang singkong depan rumah (in frame: Kiki)


Ada banyak tempat bersejarah bagi kami, Kelompok 2198, di dusun yang terdiri dari 4 Rukun Tetangga (RT) ini, antara lain:

1. Posko KKN yang sekaligus kediaman Pak Dukuh
Ini tempat paling bersejarah dan paling mengesankan bagi kami. Tempat inilah istana tempat kami tinggal bersama dengan Pak Dukuh (Bapak Mardi) beserta istrinya, Ibu Kastiningsih, dan Dedy, putra semata wayang Pak Mardi. Bapak dan Ibuk, begitulah kami memanggilnya, adalah orangtua kami selama KKN di sana, ditambah Dedy, yang sudah kami anggap adik sendiri di istana kecil nan bahagia itu.

Full House!
Kediaman Pak Mardi alias Posko KKN 2198 terdiri dari 2 bagian yang saling menyatu, yaitu rumah pribadi Pak Mardi sekeluarga dan bangunan khusus berupa kamar luas yang dibangun untuk mahasiswa yang melakukan KKN di sana. Kami tinggal di sana amat sangat bergantung pada rumah Pak Mardi. Kami tidur, makan, belajar memasak, mandi, mencuci, menjemur pakaian, mengobrol, berguling-gulingan dan mengerjakan tugas-tugas di sana. Berikut foto-foto keadaan di rumah/ posko kami.


With the great banner
Dapur bersama
Halaman belakang rumah (in frame: Adhi)
Ada sapinya cooooy!

2. Balai Dusun Karanggumuk 1
Balai dusun yang paling bersejarah di sepanjang hidup saya mungkin cuma balai dusun Karanggumuk 1 ini. Kegiatan-kegiatan program kerja kami sebagian besar dilaksanakan di sini. Tempatnya luas, terang dan jauh dari keramaian, maklum, letaknya di tengah persawahan luas.

Lagi pemutaran film edukasi nih..

Main gobak sodor di balai padukuhan

3. Masjid dan Musola di Karanggumuk 1
Ada tiga masjid dan musola di dusun ini. Hah? Ya. Ada tiga masjid dan musola di dusun ini. Mengapa? Kabarnya, hal ini dikarenakan penduduk yang tersebar di 4 Rukun Tetangga (RT), yakni RT 29, RT 30, RT 21, dan RT 32, yang terpisahkan oleh luasnya hamparan sawah dan ladang serta jarak antar satu rumahnya yang lumayan jauh. Jadi, mustahil kalau hanya ada 1 masjid atau musola di dusun ini, bisa-bisa pada nggak shalat berjamaah tuh. Masjid atau musola tersebut di atas adalah Masjid Al-Muhajirin, Musola Darrul ‘Ulum dan Musola Al-Hikmah. 
Musola Darrul 'Ulum
TPA Musola Al-Hikmah

Berhubung waktu KKN kami bersamaan dengan bulan Ramadhan, otomatis banyak sekali kegiatan yang kami lakukan di masjid dan musola tersebut.

4. Balai Desa dan Lapangan Karangrejek
Pertama kali kami mengunjungi Desa Karangrejek, kami disambut di Balai Desa ini saat penyerahan KKN oleh DPL ke Kepala Desa. Balai Desa Karangrejek termasuk rapi dan bersih, terletak di samping lapangan Karangrejek yang luas dan panaaasss. Kami jarang ke dua lokasi ini karena memang nggak ada acara yang mengkhususkan harus ke sini, kecuali waktu acara terakhir alias saat penutupan KKN.


Bersama kelompok besar

Senam di lapangan Karangrejek

5. Pantai Watulawang
Pantai? Yup. Kami memang KKN kok, tapi kan nggak melulu harus berkutat dengan program-program bayangan dan berlelah-lelahan setiap hari juga kan? Seperti halnya anak-anak muda pada umumnya, kami juga butuh piknik, bahkan saat KKN, hahaha. Tepat pada hari ke-30 di jadwal kami, kami sisihkan waktu sebentar hanya untuk menikmati deburan ombak dan angin laut selatan demi melepas penat dan lelah. Pantai Watulawang yang berlokasi tak jauh dari Pantai Indrayanti-lah tempat surgawi kami. Serasa pantai pribadi, kami bermain sepuas kami walau hanya sebelum mentari membumbung tinggi. Sedaaapppp!








6. Indomaret terdekat
Bagi kami yang notabene anak-anak perkotaan yang setiap hari disuguhi swalayan, rasanya aneh kalau tiba-tiba harus tinggal di desa yang sangat jauh dari swalayan ber-AC dengan lampu terang benderang nomor wahid se-Indonesia itu. Ya, Indomaret swalayan sangat susah ditemui di daerah KKN kami. Indomaret terdekat saja mesti ditempuh dengan naik motor selama kurang lebih 10 menit. Keberadaannya bagai oase yang kerapkali menggoda kami untuk selalu mengunjungi, yah mau gimana lagi? Di Gunungkidul nggak ada mall, men!

Surga duniaaa..

7. Taman Kota dan Alun-Alun Wonosari
Walau kami tak pernah pergi-pergi ngelayap saat siang hari, kedua tempat inilah sasaran kami saat ingin melepas penat di malam hari. Bakso bakar di Taman Kota Wonosari-lah favorit kami. Pedes di lidah, pedes di bawah. Mules luar dalam. Hahaha.


Chapter Three – The Trivia Facts
Walau beberapa keasyikan sudah tergambarkan di atas, masih ada beberapa cerita-cerita penting yang tidak boleh terlewatkan tentang KKN yang saya alami. Baiklah, beberapa akan saya ceritakan di bagian ini, singkat saja tak mengapa.

1. Selama kami KKN, harus ada jadwal harian yang menjadi dewa patokan kami, pukul sekian harus ada acara apa, pukul sekian harus ada di mana, semua harus ada dan terjadwal rapi, kalau nggak, kami bakalan malas-malasan dan hanya ngobrol di posko kesayangan.
2. Separuh bulan pertama KKN bertepatan dengan bulan Romadlon Ramadhan, sehingga kami tidak kekurangan kegiatan dan justru panen banyak jam untuk mengisi acara-acara TPA maupun tadarusan. Oh yeah.
3. Pertama kali shalat tarawih di masjid di dusun sebelah adalah culture-shock pertama saya.
4. Ada jadwal cuci piring harian yang berjalan setiap hari. Setiap shift dilakukan oleh dua orang dari kami, jadwal tersebut dibuat berdasarkan urutan abjad nama kami. Kadang ada juga yang malas cuci piring (terutama saat setelah sahur karena airnya super dingin), termasuk saya.
5. Teorinya, catatan harian harus dibuat setiap hari. Faktanya, hanya sampai hari ke-sekian kami menulisnya dengan rapi, mulai beberapa hari berjalan, tulisan semakin singkat dan tidak jelas terbaca. Pada akhirnya, ternyata catatan harian tidak dikumpulkan. Argh.
6. Setiap hari pasti ada saja acara malas bangun, malas mandi, malas bikin catatan harian, malas cuci piring dan malas-malas yang lainnya. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan oleh atmosfer rumahan yang dimiliki posko kami, sehingga kami merasa benar-benar seperti di rumah sendiri.
7. Kamar mandi di rumah ada 3, tapi rebutan urutan mandi pasti selalu terjadi.
8. Masakan favorit kami di rumah adalah sambal kentang, ca jamur dan jamur tiram krispi ala Ibuk. Semua menu besar (sahur dan berbuka - sarapan, makan siang, dan makan malam) disediakan sepenuhnya dengan cinta dan kasih sayang oleh Bu Dukuh setiap hari. We Love You, Buk.
9. Anak-anak Karanggumuk 1 awalnya sungkan dan malu-malu saat mengikuti program-program yang kami adakan, mereka mudah diatur dan mau memperhatikan, namun setelah berjalan beberapa hari dan sudah mulai akrab, hmm. Negara api menyerang.
10. Acara puncak KKN UNY 2015 Desa Karangrejek berjalan lancar dari awal hingga akhir, walau awalnya ada pe-nyinyir-an salah satu pihak dari kelompok lain. Fak.
11. Sampai setelah KKN pun kami masih saling bertemu satu sama lain untuk mengerjakan laporan yang tak kunjung padam, sambil nostalgia tentunya. Hahaha.

Yah, mungkin cerita KKN yang saya alami belum sepenuhnya bisa terjelaskan di sini, namun kurang lebih seperti itulah menyenangkannya program wajib dari kampus seluruh Indonesia ini. Awalnya mungkin terasa merepotkan dan membosankan, namun saat dijalani rasanya teramat sangat menyenangkan dan sedih rasanya saat akan berakhir.

Bimbingan belajar
Pelatihan menabung untuk anak
Pembuatan lampion

Pelatihan games matematika
Pelatihan aksara Jawa
Senam ceria
Senam ibu-ibu
Gathering with reptiles
Plangisasi
OTW pemasangan plang



Sie PDD bertugas! H-1!
Dulu nggak ada kesepakatan bakalan disuruh gini padahal (pengumuman keliling desa)
Jalan sehaaat!
Pengumuman pemenang doorprize jalan sehat
Kelompok besar panitia acara puncak KKN UNY Desa Karangrejek 2015
Saksi bisu

Pesan saya untuk mahasiswa di luar sana yang belum merasakan KKN dan sudah berprasangka buruk bahkan ogah-ogahan saat akan KKN, buanglah semua perasaan itu, siapkan program sebaik mungkin, siapkan mental dan fisik, siapkan hati yang baru karena kelak akan terisi dengan kenangan tak tergantikan yang sayang sekali bila dilewatkan. Semangat! Semoga sehat selalu!


Yogyakarta, 11 Desember 2015

Post a Comment

0 Comments