Voyage Chapter Thirteen: Strong Friendship in Kulon Progo, Cool!


Bermula dari ajakan Azis, teman sebangku-abadi-ku semasa SMP, yang tanpa angin tanpa hujan tiba-tiba sms mengajakku piknik bersama teman-teman sekelas alias reunian. Setelah kubalas sms-nya beberapa kali akhirnya kuberanikan diri mem-post ajakan tersebut ke grup Whatsapp kelas kami. Beberapa anak setuju-setuju saja menerima ajakan tersebut, tak sedikit pula yang menolak secara halus sehalus pantat bayi yang baru lahir (?). Kurang lebih sekitar 15 anak setuju ikut ke acara piknik mendadak ini, dan setelah menimbang-nimbang ini itu, Kebun Teh Nglinggo di Kulonprogo-lah yang kami tetapkan sebagai tujuan piknik kali ini. Here the story begins.

Sabtu, 31 Januari 2015, kami bertujuh (yang 8 dari 15 anak di paragraf pertama tadi sudah "mlipir" nggak jadi ikut) sepakat untuk berkumpul dulu pukul 08:00 WIB di rumah Yudha di sebelah barat Pasar Ngijon, Moyudan. Sekitar pukul 07:47 WIB kujemput Dana di rumahnya dan berangkat menuju rumah Yudha. Kami berdua sampai di sana sekitar pukul 08:00 WIB, namun tak kulihat seorangpun yang sudah berada di sana. Karena takut canggung setelah tak bersua selama kurang lebih 5 tahun, kuputuskan untuk bertolak ke rumah Azis dulu. Haha. Lalu kami menjemput Uyun di rumahnya dan akhirnya kami sampai di rumah Yudha, sesuai kesepakatan. Di sana rupanya sudah ada Fajar, yang dengan sabarnya sudah duduk santai menunggu kami, hahaha. Nah, sudah ada berapa orang sejauh ini? Aku, Dana, Azis, Uyun, Yudha, Fajar. Enam? Yup, kami hanya tinggal menunggu Anin, yang sekitar 10 menit kemudian akhirnya datang sambil cengengesan.

Berangkat sekitar pukul 08:40 WIB, kami menuju Nglinggo dengan rute Pasar Ngijon ke barat sampai Perempatan Nanggulan, lalu ke kanan, sampai di Perempatan Dekso yang terdapat tugu burung garuda (?), ke kiri, lurus terus melewati kecamatan Samigaluh, hingga Pasar Plono, dan di situlah dareah Desa Wisata Nglinggo berada. Jalan yang dilalui memang tak semulus yang kami perkirakan pada awalnya.



Jalan berkelok, tikungan tajam, tanjakan curam, turunan dalam, luar biasaaaaaaa. Namun akhirnya, setelah bergulat dengan kejamnya sulitnya jalan tersebut, kami sampai di gerbang menuju Kebun Teh Nglinggo pada pukul 10:13 WIB. Berikut penampakan gerbang bertuliskan "Desa Wisata Nglinggo" itu.

Keliatan kagak?

Sampai di area kebun teh seluas sekitar sekian hektar (yang jelas luas lah), kami takjub terpana hingga kehilangan kesadaran karena baris demi baris pohon teh yang luas nan hijau terhampar di depan mata kami. Mirip seperti yang biasa kita lihat di FTV-FTV jaman sekarang, haha. Setelah memarkir motor kami, kami berjalan menaiki jalan aspal yang menanjak dan tibalah kami di spot pertama. Di spot pertama ini bisa terlihat hampir keseluruhan area kebun teh dari puncak. Beberapa pengunjung asyik mengabadikan pemandangan di sana, kami? Sama saja, hahaha. Check them out.









Selesai berfoto di spot pertama, kami menuruni jalan aspal menanjak tadi hingga sampai di spot kedua. Di sini, warna dari dedaunan teh-nya lebih muda dan lebih menyala, dan menjadi sangat sempurna saat tertangkap kamera. Ecieh.




Ganteng Ganteng Sering-galau (?)

Baru sebentar saja kami berfoto, gerimis tiba-tiba menghampiri, kami berteduh di warung di samping spot pertama tadi dan memesan mi goreng dan gorengan panas, sembari bercerita mengenai banyak hal, mengenai jaman-jaman kami di SMP, mengenai kuliah dan masa depan kami kelak, mengenai apapun yang bisa kami bicarakan siang itu. Hangat.

Setelah hujan sedikit reda kami putuskan untuk segera menuju tempat parkir untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya. Apa daya, hujan deras-lah yang kami dapatkan sebelum sampai di area parkir. Mau tahu bagaimana kami yang tanpa payung ini berjalan melewati hujan? Dengan jas hujan lah! Hahaha.




Di area parkir sudah banyak pengunjung yang berteduh, ada pula yang memainkan alat musik, hingga berdendang. Hujan deras masih terus berlanjut, ditambah angin kencang serta kabut yang tak juga menipis. Kami putuskan untuk berjuang lagi menembus hujan demi destinasi selanjutnya, Grojogan Watu Jonggol yang letaknya tak jauh dari area kebun teh tersebut.

Setelah sholat di Masjid Al-Hikmah tak jauh dari lokasi, kami menuju Grojogan Watu Jonggol. Tak banyak motor yang ada di tempat parkir saat itu, mungkin karena hujan masih turun dengan derasnya, hanya sedikit pengunjung yang datang. Jalan menuju grojogan alias air terjun tersebut berupa puluhan anak tangga (yang masih becek karena hujan) dan sangat menurun. Dengan hati-hati kami menuruni tiap anak tangga hingga akhirnya sampailah kami di bawah. Air terjun atau Grojogan Watu Jonggol sendiri terlihat super duper keren yang tingginya sekitar 60 meter dengan debit air yang lumayan deras, mungkin gara-gara hujan tadi. Kami berfoto lagi di sana selama kurang lebih 1,5 jam, dan bercerita banyak hal di atas pendopo kecil tak jauh dari air terjun sambil menunggu hujan reda.






Sooo majestic!



Setelah bercerita banyak, kami akhirnya memutuskan untuk pulang. Menaiki puluhan anak tangga (yang masih becek) dengan terengah-engah, hingga sampai di tempat parkir. Kami meninggalkan lokasi grojogan sekitar pukul 17:00 WIB, dan melanjutkan perjalanan ke rumah Yudha setelah sholat Ashar di masjid yang tadi. Perjalanan pulang lebih mudah karena tanjakan curam sudah jarang kami temui. Pengendara lain juga sudah semakin sedikit karena hari sudah mulai petang. Sebelum berpisah, kami makan malam dulu di Warung Mie Ayam mba'3 di perempatan Dekso, mie ayam di sini super enak, super besar, super kenyal, recomended lah. Well. Terima kasih sudah membaca post ini! Semoga sehat selalu! Bon Voyage!



Yogyakarta, 3 Februari 2015

Post a Comment

0 Comments