Voyage Chapter Ten: Museum Ullen Sentalu, Mysteriously Serious

Untuk merayakan ulang tahunku yang ke dua-puluh-satu, dua sahabatku Santi dan Etha mengajakku pergi ke Museum Ullen Sentalu, sudah lama mereka ingin mengunjungi museum tersebut, sebuah museum tentang kebudayaan Jawa yang kental dengan kesan mistisnya. Jadi cerita selengkapnya, pada hari itu, 21 Agustus 2014, kami bertiga berangkat pagi-pagi menuju kawasan utara Jogja di daerah Kaliurang, semakin jauh meninggalkan Kota Jogja semakin dingin pula udara yang kurasakan saat menaiki motorku. Setelah beberapa puluh menit menyusuri Jalan Kaliurang, sampailah kami pada gerbang menuju Kawasan Wisata Kaliurang. Kami membayar pada ibu-ibu penjaga pos tiket masuk dan menanyakan perihal Museum Ullen Sentalu tersebut pada beliau, setelah itu, beliau dengan baiknya memberikan petunjuk jalan menuju museum tujuan kami, maklum, sudah empat tahun sejak aku terakhir kali mengunjungi museum tersebut, lupa jalan. Selang beberapa menit mengendarai motor, kami sampai di depan museum, memarkir sepeda motor kami, suasana pagi masih sepi, dan dingin tentunya.

Kami membayar tiket masuk (Rp 30.000/orang) dan menunggu kurang lebih selama 20 menit untuk guide kami mempersiapkan diri. Berhubung di dalam museum kami tidak akan diperbolehkan mengambil gambar, kami sebisa mungkin memanfaatkan waktu menunggu saat itu untuk berfoto di depan museum, pemandangannya pun tak kalah indah, dedaunan dan ranting-ranting pohon masih asri dan selaras dengan arsitektur bangunan tua di museum itu sendiri. Damai.

Setelah guide atau mbak-mbak pendamping kami siap, kami dipersilakan masuk, menyusuri taman kecil yang hijau, lalu memasuki ruangan pertama, ruang yang penuh dengan lukisan, serta benda-benda peninggalan jaman kerajaan Yogyakarta seperti gamelan, alat musik senar, dll. Suasana mistis masih terasa, sama seperti empat tahun lalu, kemistisan itu masih terawetkan. Setelah menjelaskan tiap lukisan secara mendetail, si mbak guide membimbing kami menuju ruangan-ruangan berikutnya, ruangan yang berisi tentang surat-surat jaman kerajaan, foto-foto raja-raja Yogyakarta dan keturunannya, macam-macam kain batik Jogja maupun Solo, ataupun benda-benda peninggalan keraton lainnya. Lelah, bangga, menyenangkan. Walaupun empat tahun lalu aku pernah mengunjungi tempat ini, keindahan museum ini tetap tidak membosankan, malah semakin baik dan lebih mengasyikkan. Maklum, dulu masih ada beberapa area yang masih dalam masa pembangunan, belum selengkap saat itu.

Hasil jepretan mbak guide

Setelah ruangan terakhir, kami masing-masing diberikan segelas jamu yang konon katanya racikannya asli dari kerajaan dan dirahasiakan, weleh, unik! Setelah selesai melihat-lihat, kami kembali mengambil foto di sekitar museum, di area menuju pintu keluar banyak hal menarik yang tak boleh disia-siakan. 

Ini toko merchandise


Hutan mini


Hasil jepretan timer kamera



Pintu keluar, masih mistis

Gerbang menuju pintu keluar

Ada semacam hutan kecil yang sangat hijau, ada kolam ikan di bawahnya, ada pula patung-patung yang menggambarkan tokoh-tokoh cerita pewayangan. Huahh, luar bisa sekali hari itu, sangat menyenangkan. Semoga semakin banyak masyarakat yang mengunjungi tempat-tempat wisata bersejarah seperti ini, demi kelestarian budaya. Jaga kesehatan! Bon Voyage!


Yogyakarta, 28 November 2014

Post a Comment

0 Comments